Kamis, 28 Februari 2013

Nasi Goreng Seafood




Pagi ini aku harus bangun pagi pagi, karena harus membikin nasi goreng seafood pesanan anakku Janit. Sebenarnya sich itu adalah tugas memasak dia dan kelompoknya, tapi alhasil mamanya yang masak, gak mungkin kan mereka pagi buta ngumpul kerumah untuk membikin nasi goreng. Kelompoknya Janit ada 6 
orang dan aku harus membikin 8 kotak, yang 2 kotak untuk di nilai.

Berikut bahan bahan nasi gorengku
1 kg beras buat nasi
¼ kg udang besar
½ kg cumi cumi
15 biji bakso ayam
Telur ayam 8 biji
3 tomat merah
Selada
Daun bawang dan daun sop
Timun
Kecap manis
Merica

Bumbu yang di haluskan
1,5 ons cabe
1 ons bawang merah
½ ons bawang putih
1 ons udang manis kering
Garam

Cara memasak
Tumis bumbu halus hingga harum, masukan cumi cumi yang sudah di potong bulat bulat beserta bakso yang juga sudah di potong sesuai selera. Setelah tercampur masukan nasi, di aduk aduk hingga rata keudian tambahkan daun bawang dan seledri dan kecap, gaulkan hingga kecap meresap pada nasi, sajikan di kotak.
Akhirnya nasi gorengku mendapat nilai tertinggi di kelasnya janit, Alhamdulillah.


Aneka Penampilan Telur


Telur tidak pernah mati gaya dalam rumahku, karena keluargaku suka telur maka aku harus pandai menyiasati penampilan si telur. Seperti keluarga yang lain, disaat anak anak masih kecil yang menjadi favorit anak anak adalah telor di dadar atau di bikin mata sapi, teman makannya kecap manis atau sambal saus. Saat sekarang telur bisa aku rendang, di sambal balado , di semur, di gulai , kadang saya masukan dalam sayur lodeh juga, dan masih banyak varian telur.
Kali ini aku coba untuk membikin TELUR BERSEMBUNYI   dan  TELUR PEDAS MANIS. Penampilan sich belum terlalu oke masih harus banyak belajar cara menyajikan dan pengambilan fotonya.





TELUR BERSEMBUNYI
Bahan
3 lembar roti tawar, sobek sobek
50 ml susu tawar hangat
3 sdm bawang merah goreng
350 gram daging sapi giling
1 sdm kecap inggris
2 sdt pala bubuk
2 sdt garam
3 butir telur kocok lepas
4 butir telur ayam rebus, kupas
3 sdm margarin untuk  menggoreng

Saos
1 sdm margarin untuk menumis
½ butir bawang bombay, iris memanjang
5 sdm saos tomat
1 sdt merica bubuk
½ sdt gula pasir

Cara membuat
Rendam roti tawar dalam susu hangat, hancurkan dengan garpu. Campur bersama bawang goreng, daging sapi giling, kecap inggris, merica, pala, garam, dan telur kocok. Aduk sampai rata.
Ratakan adonan daging di atas aluminium foil, letakan empat telor rebus berjajar dan beri jarak. Bungkus menyerupai lontong. Padatkan. Kukus dalam dandang panas selama 40 menit atau sampai matang. Angkat dan dinginkan. Panaskan margarin di wajan datar, goreng telur bersembunyi sampai kulitnya kecoklatan. Angkat.

Saos :
Panaskan 1 sdm margarin, tumis bawang bombay sampai harum. Masukan tepung terigu, aduk hingga warna kecoklatan. Tuang kaldu sedikit demi sedikit sambil di aduk sampai menjadi adonan yang licin. Beri kecap ingris, saos tomat, merica hitam, dan gula pasir, aduk hingga mendidih. Angkat. Sajikan telur beserta saosnya.



TELUR PEDAS MANIS
Bahan
4 butir telur
Minyak untuk menggoreng dan menumis
4 btr bawang merah
10 cabe merah
¼ sdt merica
½ sdt terasi
1 sdt gula merah
1 btg serai
1 buah tomat
1 ½ kecap manis
Air secukupnya

Cara membuat
Rebus telur sampai matang sisihkan. semua bumbu di haluskan kecuali serai, tumis dengan minyak, kemudian gaulkan dengan telur. Setelah rata angkat dan sajikan.

Kamis, 21 Februari 2013

Sambal Tiga Serangkai



Ketika anda baca sambal Tiga Serangkai pasti yang anda pikirkan tiga nama yang melegenda di Indonesia .  Tokoh  Tiga  Serangkai untuk menyebut  tiga tokoh pendiri Indische Partij  yang terdiri dari dr. Cipto Mangunkusumo, Dauwess Dekker dan Kihajar Dewantoro(Suwardi Suryaningrat). Indische Partij merupakan Organisasi yang Populer karena mempunyai  tujuan  Untuk memerdekakan Indonesia.

Namun di sini saya akan menghadirkan tokoh si kentang, udang dan tempe yang bertemu dalam suatu sambal yang sederhana namun di pastikan banyak yang suka dan banyak orang kenal karena merupakan salah satu sambal andalan untuk menggugah selera makan di kala kita kurang berselera. 

Adapun bahan bahannya adalah ;
3 biji kentang
Tempe secukupnya
¼ kg udang
Garam
Gula pasir

Bumbu  yang di haluskan :
5 siung bawang merah
3 siung bawang putih
10 biji cabai merah
5 biji cabe rawit

Cara membuat
Goreng dulu kentang, tempe, dan udang sisihkan. Bumbu yang di haluskan di tumis , di tambah sedikit garam dan gula pasir sesuai selera, Kira kira gula sudah mencair masukan ketang , tempe dan udang tadi. Gaulkan sampai rata bumbunya. Kira kira sudah tercampur matikan kompornya, mudahkan ibu ibu membuatnya , filosofi memasak “memasalah dengan cinta “ .

Selasa, 19 Februari 2013

Mengajarkan Berkonsentrasi belajar Pada Anak




Teringat waktu Janit anakku  masih duduk di TK, malam malam mengerjakan PRnya menulis.  Ada hal menarik perhatiannya di sela sela mengerjakan tugasnya, seekor semut melintas dengan santainya di atas mejanya. Alhasil si semut telah berhasil mengalihkan perhatian Janit dari bukunya, di perhatikan dan di ikuti terus jalannya semut tadi. Dengan sabar dan telaten Janit mengikuti si semut tadi hingga tak terasa dia telah jauh dari meja belajarnya. Tugas yang harus di kumpulkan besok pagi sudah tidak di pikirkan lagi.

Adalah tugasku sebagai ANMUM BUNDA INSPIRATIF untuk memperhatikan dan mempelajari tingkah laku anaknya. Sebenarnya bukan hanya semut itu saja yang sering membuat Janit melupakan tugas yang harus di kerjakan, kadang mainannya, acara tv, obrolan orang lain atau apa saja yang menurut dia lebih menarik daripada mengerjakan PRnya. Kesimpulanku pada waktu itu si Janit kurang fokus dengan apa yang harus di kerjakannya.

Sebagai ANMUM BUNDA INSPIRATIF aku mencoba memberi motivasi, tentu saja motivasi harus di sesuaikan dengan umur anakku, dengan motivasi aku berharap si anak akan berpikir sendiri dan berusaha  mengatasi masalah dalam dirinya sendiri. Ketika dia berhasil mengatasi masalahnya maka keberhasilan itu membuat dia merasakan kepuasan sejati yang bahkan lebih besar rasanya daripada keberhasilan itu sendiri.
Aku menyadari motivasi itu sebenarnya unsur dasarnya sebagian berasal dari warisan genetik. Setiap bayi mengawali hidupnya di dunia ini mempunyai rasa ingin tahu tentang dunianya dan berusaha memahaminya. 

Ada beberapa hal yang aku coba terapkan dalam memotivasi anakku yaitu :
1.      Mengajari anak mengharapkan keberhasilan
2.      Menyediakan kesempatan kepada anak untuk menguasai lingkungannya
3.      Menyediakan pendidikan yang relevan dengan minat dan gaya belajar anak
4.      Mengajari anak menghargai sikap tidak mudah menyerah
5.      Mengajari anak pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan

Namun lepas dari semua itu kesehatan anak adalah faktor utama dalam menunjang aktifitas anak, pemenuhan gizi yang seimbang sangat perlu di perhatikan seorang ibu. Janit anakku termasuk susah untuk meminum susu tambahan , sudah banyak merk susu yang saya coba tapi tidak ada hasilnya. Ketika saya coba susu ANMUM ESSENTIAL Janit langsung menyukainya. Rasa yang pas mungkin yang menyebabkan Janit langsung menyukainya. Kandungan dalam susu ANMUM ESSENTIAL cukup lengkap ada nutrisi koneksi sel otak lebih optimal dan ada nutrisi untuk daya tahan tubuh anak. ANMUM ESSENTIAL juga mengandung protein yang mirip dengan ASI. Yang lebih menarik bagiku adalah ANMUM ESSENTIAL TANPA GULA TAMBAHAN, mengingat ada bakat diabetes dalam keluarga bapaknya.
Satu hal lagi yang sangat di perlukan anak anak kita yaitu doa dari orang tuanya. Semoga aku sebagai ANMUM BUNDA INSPIRATIF bisa memberikan yang terbaik buat anak anakku.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Artikel ini diikutkan dalam WRITING COMPETITION ANMUM BUNDA INSPIRATIF  bersama KOMUNITAS IIDN

Ketika Tato Menjadi Pengingat



Pagi ini terasa gerah sekali , bukan karena sinar mentari yang mulai merangkak naik ingin menampakkan keberadaannya, tapi karena cerita  temanku Leni yang membuatku terperangah. Aku hanya bisa menatap wajah cantik nan lembut Leni dengan penuh rasa tidak percaya …uuuuufftt  ternyata ia seorang perempuan yang  menyimpan banyak bara dalam hatinya!
Lontong sayur yang sedang ku makan di warung bu Susi depan kantor pos terasa susah melewati kerongkonganku, ketika Ia mulai menceritakan kisah hidupnya yang pahit namun berakhir dengan indah.

“Mungkin ini karmaku Chan katanya memulai cerita”. kupandangi wajah teduh Leni yang cantik dengan kerudung warna ungu yang serasi dengan bajunya. Wanita mapan ini terlihat tak menanggung beban kesehariannya. Bagaimana tidak, setiap orang pastilah melihatnya bagai sosok perempuan matang yang bahagia, mempunyai keluarga yang menyenangkan dengan dua anak laki laki dan perempuan, materi yang lebih dari cukup. Namun sungguh terbalik 180 derajat saat ia lanjutkan kisah hidupnya dengan desahan yang panjang.

“Jika saya waktu itu menuruti menikah dengan laki laki pilihanku sendiri dan tak tergoda dengan laki laki lain aacchhh”  lagi lagi terlihat buram mata Leni, mata indahnya mulai berkaca kaca nampak benar beban berat di pikulnya. Leni meneguk teh anget yang sudah di sajikan bu Susi tadi  untuk menahan air matanya supaya tidak jatuh di pipinya. Pemandangan ini lagi lagi membuat lontong sayurku susah ku telan.

 Setelah bisa menguasai diri Leni menjutkan ceritanya. Dia dulu semasa masih gadis bekerja di perusahaan pengolahan kayu di daerah jawa timur. Karir Leni nampaknya bagus karena dia menduduki jabatan sebagai kepala bagian keuangan di perusahaan tersebut. Salah satu tugas dia adalah membagikan gaji seluruh karyawan, tugas itu membuat dia berinteraksi secara personal dengan setiap karyawan di perusahaan itu.

Ada salah satu karyawan yang jatuh hati pada Leni. Laki laki itu bernama Heri, sosok Heri memang orang yang berpengaruh di perusahaan tersebut. Setiap hari Heri  datang ke ruangan Leni untuk sekedar mengobrol dan bercanda. Karena sudah terbiasa bercanda itu, Leni akan merasa kurang jika satu hari tidak jumpa dengan lelaki itu.

“Tahu gak pada waktu itu pikiranku selalu ingin di dekat dia, ingin ngobrol dengan dia, ingin berbagi dengan dia, selalu teringat senyum manisnya, sehingga aku lupa kalau aku sudah menerima pinangan Sulkhan, seorang lelaki yang sudah aku kenal sejak masa awal kuliah dulu, aku tergoda ” terdengar suara lirih Leni yang mengartikan penyesalan yang mendalamnya.

Heri lelaki satu perusahaan itu akhirnya mengajak Leni untuk menikah dengannya. Pada awalnya Leni bingung dan bimbang karena dia sudah menerima pinangan lelaki dan tinggal menunggu hari H nya saja, semua persiapan sudah  di siapkan.

Akhirnya Leni melarikan diri dari rumah untuk menikah dengan Heri yang dia anggap akan memberikan kehidupan yang menyenangkan, suatu keputusan yang menjadi titik awal kehidupan yang terbalik 180 derajat.

Dalam batinku aku berkata, “Memang kadang kita merasa yakin dengan apa yang kita pilih , kita melupakan kemampuan kita sebagai manusia yang terbatas, hanya Allah yang maha tahu apa yang terbaik buat kita’’. Satu pelajaran lagi yang bisa ku ambil dari cerita Leni pagi ini.
Tiba tiba Leni menatapku tajam dan berkata “Tapi  apapun yang terjadi dalam hidupku aku yakin itu cara Allah mendidik aku’’, “Semua yang terjadi pada kita pasti seijin Allah kan Len” kataku untuk menguatkan hati Leni.
Dalam perjalanan waktu pernikahannya, semakin hari semakin membuat hidup Leni tidak nyaman lagi. Dia sering menjadi sasaran kemarahan suaminya, bukan hanya kata kata yang bagai belati tajam yang siap menyanyat hati, namun tangan suaminya sudah mulai ikut andil dalam kemarahan itu. Apalagi sejak suaminya di pindah tugaskan di luar pulau jawa karena perusahaan tersebut membuka cabang di daerah yang ku tempati sekarang ini.

Oh iya… aku berkenalan dengan Leni pada waktu kami sama sama menunggui anak yang baru masuk sekolah TK, pada waktu itu aku baru pindah ke sebuah kota kecil di Sumatra Utara. Dari logat bicaranya aku tahu kalau dia berasal dari Jawa timur. Leni menunggui anak keduanya aku menunggui anak pertamaku. Biasanya sambil nungguin anak, kita belajar bikin tas dari manik manik dari situlah kemudian kita menjadi akrab.

Hati Leni semakin hari semakin dalam lukanya, yang tidak mudah terhapus dengan derai air mata yang keluar dari kedua mata indah Leni betapa tidak, dengan terang terangan Heri menato nama pacarnya di setiap tubuh suaminya entah di tangan ,  kaki atau  badannya. “Bisakah kamu bayangkan  ketika kamu jumpai tato nama perempuan di tubuh suamimu, bisa Chan?’’ dengan nada agak tinggi dan menatap mataku dengan tajam Leni berkata padaku.

Mata Leni yang menyala seperti ada api dalam bola matanya menyiratkan luka, kemarahan, nestapa yang terus bertambah, seakan sudah tidak bisa dia pikul lagi. Dan ternyata tidak hanya satu nama yang menempel di tubuh suaminya, ada banyak nama karena setiap dia punya pacar baru pasti nama perempuan itu akan di tato di tubuhnya. Teman saya Leni sudah terbiasa  melihat nama baru tertato di tubuh suaminya, Leni sudah tidak mau memikirkan nama nama itu.

Iseng iseng ku tanya ”Len ada gak salah satu tato itu bertulisakan Susi?” sambil kulirik penjual lontong sayur yang sedang asyik melayani pembeli yang lain. Leni langsung tersenyum sambil menahan geli mendengar pertanyaanku ”Aku gak ngapalin nama nama itu ,kan gak keluar pertanyaan itu nanti waktu kita jawab soal ujian”  jawabnya. Akhiranya kami berdua bisa tertawa sejenak dan Leni bisa menurunkan emosi dia.

Pada waktu melarikan diri dan membatalkan pernikahan dengan Sulkhan pastilah orang tuanya marah dan mendapat malu. Hal itu yang membuat Leni merasa bersalah dan berjanji tidak akan membikin malu orang tuanya lagi. Pernikahannya memang bagai memakan buah simalakama, walau jurang luka semakin menganga namun Leni harus kuat untuk menangungnya, walau terasa tersudut dengan keadaan, Leni berusaha ikhlas karena dia tidak akan membikin malu orang tuanya dan dia ingin melihat kehidupan anak anaknya tumbuh sebagai mana layaknya anak anak lainnya.

Pernah pada suatu saat senja mulai menghampiri, menjelang pergantian dengan malam Leni duduk termenung di kebun belakang sambil merawat bunga bunganya, sesaat dia teringat akan keluarga Sulkhan datang ke rumah orang tuanya untuk melamar, wajah bahagia terpancar dari semua orang yang berkumpul di ruang tamu, karena memang Sulkhan sudah di sayangi kedua orang tuanya Leni karena dia orangnya sopan dan menghormati orang tua.

Terbayang juga wajah marah bapaknya dan tangis ibunya saat Leni mengungkapkan ingin membatalkan perkawinannya dengan Sulkhan. Sejenak mata Leni terpejam ,terasa berat beban Leni membayangkan malunya orang tuanya pada keluarga Sukhan. Dia berjanji akan mempertahankan perkawinannya walau terasa berat untuk menjalaninya.

Pergaulan Leni juga di batasi oleh suaminya, pernah suatu saat ketika dia dan suaminya belanja di supermarket terus bertemu dengan pegawai bank yang biasa melayani Leni di bank tersebut, pegawai bank itu menyapa Leni dengan akrab dan sopan karena memang urusan perbankan suami Leni tidak mau mengurusi, semua di pasrahkan ke istrinya dan kebetulan gaji karyawan perusahaan melalui bank tersebut,  suami Leni terus marah mencurigai Leni mempunyai hubungan khusus dengan pegawi bank tersebut.
Pertengkaran berlanjut di mobil dalam perjalanan pulang, seketika Leni di turunkan di tengah jalan, padahal jarak masih jauh untuk sampai ke rumahnya, dan pada waktu itu Leni tidak membawa dompet dan hp, jadi dia harus jalan kaki untuk sampai ke rumahnya, alasan lain dengan berjalan kaki maka energi marahnya terbuang di bekas tapak tapak kakinya. Leni memang jarang keluar rumah karena setiap keluar rumah pulangnya akan menimbulkan pertengkaran dengan suaminya.

Dalam setiap sujudnya Leni memohon ampun atas kesalahan kesalahan yang pernah dia buat terutama kepada orang tuanya, dia mengadu kepada Allah tentang masalah rumah tangganya.
Suatu saat suami ikut pelatihan manajemen kalbu, entah kenapa hati suaminya tergerak untuk ikut pelatihan tersebut yang di adakan di sebuah hotel selama 3 hari. Sungguh Allah maha berkehendak, Dia menghendaki siapa yang akan di beri hidayah.

Begitu pintu rumah di buka Leni karena mengetahui suaminya sudah pulang, seketika suaminya duduk tersimpuh dan menciumi kaki Leni dengan suara tangis sejadi jadinya suaminya meminta maaf karena telah memberikan bara begitu banyak di hati istrinya. Tak terasa air mataku jatuh juga ketika membayangkan kejadian itu , sungguh suatu moment indah dan mengharukan. Tato yang melekat itu bagi suami Leni mengingatkan akan bara yang telah dia tanamkan di istrinya dan akan di siramnya bara itu dengan ketulusan kasih sayangnya.

“Allah akan selalu mendengar doamu, Dialah sebaik baiknya penolongmu” pesan Leni kepadaku sambil memberikan tissue kepadaku. Obrolan pagi di warung bu Susi sungguh memberikan banyak pelajaran padaku. Terima kasih teman telah berbagi cerita kepadaku. Kisah ini merupakan kisah sahabatku “MB” di sebuah kota kecil di Sumatera Utara.

Minggu, 17 Februari 2013

Wisata Pasar



Menunggu 3 menit sebelum aku beranjak dari peraduanku, biasanya ku gunakan untuk menyusun kegiatan yang akan ku lakukan hari ini. Alhamdulillah pagi ini aku masih di beri kesempatan untuk menghirup udara pagi yang segar dan menikmati kicaunya burung di pohon asem dekat rumahku tanpa harus membayar sehingga aku tidak pernah mendengar kenaikan tarif untuk menikmati pagiku. Hangatnya mentari pagi memberikan energi positif buatku dengan penuh harapan semoga hari menyenangkan buatku dan orang orang sekitarku.

Rencanaku pagi ini,  sehabis ngantar anak anakku sekolah, aku harus ke pasar karena bahan masakanku sudah tidak ada di kulkas. Biasanya aku selalu mampir ke kios buah untuk mencari jambu biji merah kesukaanku. Jambu biji merah di tempatku masih agak susah karena aku tinggal di kota kecil Tebing Tinggi Sumatera Utara. Orang sini menyebut pasar dengan nama pajak, kalau pasar artinya jalan raya, tapi di sini aku ingin menyebut pasar sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.

Tebing Tinggi terletak kira kira 64 Km dari kota Medan , ibukota propinsi SUMUT. Tebing Tinggi terkenal kota lemang karena yang terkenal adalah lemangnya. Lemang adalah beras ketan yang di masukan ke dalam bambu kemudian di beri santan, di masak dengan cara di bakar. Mmmm…..enak lo, apalagi kalo masih panas makannya , sambil di colekkan di srikaya atau sama tape pulut hitam. Aku jamin kalian pasti tak akan melupakan lemang Tebing Tinggi.

Aku adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang mempunyai  dua jagoan, klas 9 dan klas 4. Aku di Tebing Tinggi ini merantau, asliku Jogja suamiku Jakarta yang kebetulan bertugas di sini. Kebetulan kami tidak mempunyai saudara di Tebing jadi aku harus pandai bergaul dengan siapapun yang aku jumpai dengan harapan aku di anggap saudara oleh banyak orang.

 Seperti biasa suasana pagi pasti ribut di rumahku dari yang mbangunin anak anak, suruh     shalat, nyuruh mandi dan adanya pesanan makanan dari anak anakku untuk sarapan. Bisa di pastikan hampir semua ibu ibu di pagi hari pasti rempong. Tapi mungkin suasana pagi yang ribut akan aku rindukan jika suatu saat nanti anak anakku sudah besar dan sudah mempunyai kehidupan sendiri, jadi aku nikmati saja.

Setelah anak anak ku antar semua ke sekolah, aku langsung ke pasar. Kebetulan tempat sekolah mereka berdekatan jadi menghemat waktuku untuk urusan antar jemput mereka. Di pasar bagiku bukan hanya sekedar belanja tapi aku lebih suka menyebutnya wisata pasar. Aku senang mengamati suasana pasar dan menikmatinya. Sayuran yang ada di pasar biasanya dari brastagi, segar segar dan menggiurkan penampilan si sayur ini, walau hanya sebuah wortel, sungguh gemas kalo melihatnya. Hijaunya sayur yang segar dan merahnya tomat yang selalu menggodaku untuk menggigitnya, maklum aku suka tomat apalagi tomat yang baru di petik dari pohonnya yang masih bau langur langur.

Pasar di sini hampir sama dengan pasar di Jogja, cuma aneka dan bentuk barangnya agak berbeda, contohnya di sini banyak aneka ikan ikan di jual sedangkan di Jogja hanya sedikit jenis ikannya, yang jelas di Tebing tidak ada ikan bandeng sedang di Jogja ada. Mungkin habitat bandeng tidak ada di sini kali ya. Telor kalau di sini di jual per biji sedang di Jogja perkilo. Satu lagi yang menarikku waktu aku pertama kali tiba di Tebing, di sini buah nenasnya besar besar kalau di Jogja kecil kecil tp udah ada yang di kupas jualnya di sana.

“Ibu cantiiikk… belanja ya?, ada jambu merah lo bu baru sore kemarin datang” suara kakak penjual buah buahan langgananku membuyarkan imajinasiku tentang tomat merah membara itu. “ Iiih… eda ini bikin kaget aku aja, tau aja kalu aku lewat kiosmu” jawabku sambil mencari si jambu merah kesukaanku dan suamiku. Aku memanggilnya eda yang artinya kakak dalam bahasa batak. Namanya sich Ida tapi aku juga jarang panggil namanya , biasanya ya eda eda saja.

Eda adalah seorang ibu dengan 3 anak, klas 8 klas 4 dan yang bungsu baru berumur 1 tahun. Si bungsu selalu di bawa ke pasar, di kiosnya di pasang ayunan juga buat tidur anaknya. Kebiasaan orang sini untuk menidurkan anak anak yang masih kecil di taruh di ayunan. Perjuangan seorang ibu yang hebat, mencari rejeki tanpa meninggalkan anak yang masih harus mendapatkan ASI. Entah kenapa eda sering mengajak aku ngobrol terutama masalah kemelut yang ada dalam rumah tangganya, tentang suaminya yang lebih banyak waktunya untuk duduk duduk di warung tuak daripada mengurusi ladangnya. Eda juga akhirnya yang sering mengurusi ladangnya.

Sambil ikut memilihkan jambu yang bagus eda ber kata “Bu semalam anakku yang kecil, tinggi kali panasnya, udah ku minumi obat penurun panas, tapi ya gitu masih juga naik turun panasnya”. “ sudah berapa hari da panasnya? Ingat da musim DB ini, di perhatikan panas anakmu, obat penurun panasnya bisa setiap 4 jam sekali da” itulah arahanku yang sudah seperti dokter aja…hihiiii, kebetulan suamiku seorang dokter jadi sedikit tahu tindakan pertama jika anak kita sakit. “Ingat da kalau udah 3 hari gak sembuh bawa ke dokter ya” lanjutan arahanku.

Pernah kapan itu anak eda sakit sesak akut yang harus cepat di tangani dokter alias harus segera di bawa ke rumah sakit, tapi karena kebiasaan dalam keluarganya harus musyawarah dulu bukan segera di bawa ke rumah sakit , jadi sampai kritis baru di di tangani dokter. Mungkin pertimbangan biaya kali mereka harus musyawarah dulu setiap mau ke rumah sakit. Hal tersebut sebenarnya sangat di sayangkan karena membuat yang sakit terlambat mendapat pertolongan. Alhamdulillah pada waktu itu anak eda bisa tertolong.

Kebiasaan suaminya yang sering nongkrong di kedai tuak sebenarnya membuat ketidaknyamanan kehidupan rumah tangga eda, tapi setiap kali eda melarang suaminya pergi alhasil malah menimbulkan pertengkaran hebat, hal itu tidak di sukai eda karena anak anaknya akan melihat kejadian pertengkaran tersebut. Yang di pikirkan eda sekarang hanya bekerja untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya dan tidak lupa di selalu berdoa semoga suaminya menyadari tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Pergi ke gereja selalu di sempatkan eda dengan anak anaknya, di situlah eda mendapat kekuatan untuk menjalani riak kehidupannya.

“udah da timbang jambunya!, oh iya tinggal sini dulu ya jambunya, aku mau keliling dulu”kataku sambil menyerahkan jambunya. Setelah di timbang “2 kilo bu jambunya” sahut eda, aku keluarkan uang satu lembar sepuluh ribuan, ku kasihkan sama eda terus aku melanjutkan perjalanan belanja sambil wisata pasar.
Pasar hiburanku tersendiri di setiap kota yang aku tempati. Di pasar aku bisa melihat kebiasaan penduduk di daerah tersebut. Aku pernah tinggal di kabupaten Sidrap Sulawesi selatan tahun 1998 tepatnya di kota Rappang, kebiasaan mereka jualan bukan dengan di timbang tapi pakai takaran kaleng, entah bekas kaleng susu kental manis, apa yang agak besar yaitu kaleng susu bubuk. Waktu aku pertama kali ke pasar aneh rasaku, ada beli kentang koq takarannya kaleng, terus beli cabai modelnya di tumpuk tumpuk.

Aku senangnya waktu di Rappang itu kalau beli jagung sudah ada yang serutan, jadi kalau aku mau bikin bakwan jagung apa bubur jagung enak, gak repot nyerut n bisa langsung memperkirakan seberapa jagung yang ku perlukan. Nah.. kalau kacang hijau di takar pakai kaleng susu kental manis, aku masih bisa memahami karena bentuknya kecil agak mudah di nalar pemikiranku. Beli tomat, terong, timun, wortel, kacang panjang gaya jualannya seperti cabai.

Tidak hanya metode jualan yang membikin pasar satu daerah beda dengan daerah lain, tapi tentu saja jajan pasarnya juga menjadi ciri khas suatu daerah itu. Di pasar Rappang ada yang jual burasak, itu sejenis ketupat tapi gurih. Burasak itu beras di masak pakai santan, setelah di masak setengah matang istilah jawanya di aron, lalu di bungkus pake daun pisang dengan model bungkusan segi empat tipis tipis supaya memudahkan untuk matang burasaknya. Bungkusannya kayak kalau kita bikin lemet, setiap 4 bungkus lalu di ikat jadi satu dengan tali raffia,kemudian di rebus minimal 3 jam.

Burasak bisa tahan berhari hari juga, biasanya orang di daerah sana kalau naik kapal pasti akan membawa bekal burasak. Makannya sama tumisan labu siam dan telur rebus. Kalau aku  makan gitu aja juga enak , gurih rasanya dan pasti satu ikat kurang. Kalau kue kue di sana aku kurang begitu suka karena manis sekali dan rasa telurnya terasa, soalnya mereka kalau bikin kue pemakain telurnya memang banyak.

Ooh…iya si pasar Rappang penjualnya kebanyakan memakai bahasa daerah Bugis, jadi aku lebih mengenal bahasa Bugis daripada bahasa Batak, karena di Tebing kebanyakan sudah memakai bahasa Indonesia. Kadang  aku jumpai orang bergaduh di pasar pakai parang atau badik. Rappang yang notabene penduduknya suku Bugis memang pantang kalau sudah menyangkut harga diri, masuk penjara bukan menjadi masalah bagi mereka. Aku kadang takut sendiri kalau sudah ada yang bergaduh, takut kena salah sasaran. Badik adalah senjata khas mereka yang masih banyak orang yang selalu di bawanya kemana mana pada waktu aku di sana. Badik kayak keris tapi kecil. Tidak tajam sich wujudnya, tapi justru tidak tajam itu kalau buat menusuk malah membikin bekas robekannya lebar dan biasanya karatan badik itu, jadi bahaya tetanus sudah jelas meyertainya kalau terkena tusukannya.

Perbedaan suku Batak dan suku Bugis itu ya terletak dari gaya bicaranya, kalau orang Batak keras nadanya seperti oang bertengkar tapi untuk melakukan tindakan kurang, nah kalau orang Bugis lebih banyak diamnya tapi kalau sudah menyangkut harga diri, tak segan mereka bertindak. Pada prinsipku selama aku baik pada mereka tentu aku pasti juga aman aman aja dan mereka juga baik padaku.

Tak terasa tentenganku dah banyak, kebutuhan dapur untuk beberapa hari rasaku dah ku beli semua, tinggal mengambil jambuku tadi. Sampai di kios buah ku tengok eda udah gak ada di kiosnya. “Kemanalah si eda ini” batinku. “Eda yang jual buah kemana ya cek” tanyaku kepada penjual telor yang jualannya sebelah kios eda yang kebetulan orang cina yang jualan. “Ooo.. si eda pergi ke rumah sakit bu, suaminya keracunan oplosan, tadi adiknya ke sini” penjelasan acek yang cukup jelas pikirku. “Cek aku ambil jambuku ya, tadi dah ku bayar” kataku sama acek sambil mencari jambuku. Akhirnya aku pulang ke rumah dengan banyak pertanyaan di dalam benakku yang menyangkut si eda.

Terik siang ini memang membikin kepalaku nyeri, aku memang tidak tahan dengan sinar matahari yang panas, biasanya aku tiduran sebentar untuk mengurangi rasa nyeriku. Memejamkan mata sambil mendengarkan lagu menghanyutkan pikiranku melayang melintasi lautan kembali menikmati pasar Rappang hingga ku terlelap.

“Kriiiinggg…kriiinnnggg…kriiiinggg” suara hape jadulku membangunkan tidurku, ku tengok dari mantan pacarku, “ Apa pa?” tanyaku dengan kesadaranku yang belum penuh, “ Ma suami yang jualan buah masuk rumah sakit ni, keracunan minuman keras, bisa ke sini ma biar tenang si edanya, gak nyaman aku ma dengan tangisnya”, “Ya pa tapi mama belum masak lo pa” jawabku . Aku memang selalu bercerita tentang segala hal dengan suamiku, makanya suamiku tahu kalau eda sering curhat ama aku.

Benar juga sampai di rumah sakit aku dengar suara tangis eda terdengar di plataran parkir rumah sakit. Wah eda ini bikin rumah sakit gempar aja, ini kalau ada pasien yang gawat bikin tambah parah sakitnya karena dengar suara meraung tangisnya. Akhirnya ku cari eda dan ku ajak dia ke kantin biar tidak mengganggu yang lain.

Aku pesan minuman sama yang jaga kantin, satu teh anget dan satu the manis dingin, tentunya yang dingin buatku. Tak butuh lama minuman sudah tersaji di meja. ‘Makasih ya mbak” kataku kepada yang membawa minumanku. Ku suruh eda minum teh angetnya biar agak reda tangisnya dan semoga menjadi tenang jiwanya.
“Gimana da ceritanya?” tanyaku mengawali percakapan di kantin itu. Akhirnya eda bercerita dan seperti dugaanku suaminya yang hobi ke kedai tuak keracunan minuman keras oplosan di situ, untung langsung di bawa ke rumah sakit tanpa harus musyawarah keluarga dulu jadi bisa cepat di tangani. Dalam kondisi berbuih mulut dan kejang kejang serta kesadaran menurun suami eda tiba di rumah sakit . “Semoga bisa tertangani ya da, dan semoga suami eda juga menyadari kekeliruan selama ini, eda berdoa aja , jangan menangis lagi, insya Allah suami eda akan membaik” kataku menghiburnya, dan memang hanya itu yang bisa aku lakukan.

Sudah lima hari sejak terakhir aku jumpa eda di rumah sakit, baru pagi ini ku jumpa lagi dengan eda di kiosnya. Aku memang sengaja meluangkan waktuku buat dengerin cerita eda tentang suaminya. “Puji Tuhan bu, suamiku udah membaik, sekarang tinggal memulihkan kesehatannya aja” awal cerita eda kepadaku. Dari ceritanya aku juga mengetahui kalau suaminya kayaknya sudah jera dengan tuak dan minuman keras karena hampir kehilangan nyawa gara gara itu.

Memang awalnya kalau di nasehati tidak masuk dalam pikiran suaminya , malah di marah marahi edanya, namun sekarang Alhamdulillah dengan kejadian itu insya Allah akan lebih baik keadaan rumah tangga eda. Doa dan penantian eda berujung manis, dan aku pasti akan mendapat kisah kisah seru lagi dalam wisata pasarku.