Pagi ini terasa gerah sekali , bukan karena sinar mentari
yang mulai merangkak naik ingin menampakkan keberadaannya, tapi karena
cerita temanku Leni yang membuatku
terperangah. Aku hanya bisa menatap wajah cantik nan lembut Leni dengan penuh
rasa tidak percaya …uuuuufftt ternyata ia
seorang perempuan yang menyimpan banyak
bara dalam hatinya!
Lontong sayur yang sedang ku makan di warung bu Susi
depan kantor pos terasa susah melewati kerongkonganku, ketika Ia mulai
menceritakan kisah hidupnya yang pahit namun berakhir dengan indah.
“Mungkin ini karmaku Chan katanya memulai cerita”.
kupandangi wajah teduh Leni yang cantik dengan kerudung warna ungu yang serasi dengan bajunya.
Wanita mapan ini terlihat tak menanggung beban kesehariannya. Bagaimana tidak,
setiap orang pastilah melihatnya bagai sosok perempuan matang yang bahagia,
mempunyai keluarga yang menyenangkan dengan dua anak laki laki dan perempuan,
materi yang lebih dari cukup. Namun sungguh terbalik 180 derajat saat ia
lanjutkan kisah hidupnya dengan desahan yang panjang.
“Jika saya waktu itu menuruti menikah dengan laki laki
pilihanku sendiri dan tak tergoda dengan laki laki lain aacchhh” lagi lagi terlihat buram mata Leni, mata
indahnya mulai berkaca kaca nampak benar beban berat di pikulnya. Leni meneguk
teh anget yang sudah di sajikan bu Susi tadi
untuk menahan air matanya supaya tidak jatuh di pipinya. Pemandangan ini
lagi lagi membuat lontong sayurku susah ku telan.
Setelah bisa
menguasai diri Leni menjutkan ceritanya. Dia dulu semasa masih gadis bekerja di
perusahaan pengolahan kayu di daerah jawa timur. Karir Leni nampaknya bagus
karena dia menduduki jabatan sebagai kepala bagian keuangan di perusahaan
tersebut. Salah satu tugas dia adalah membagikan gaji seluruh karyawan, tugas
itu membuat dia berinteraksi secara personal dengan setiap karyawan di
perusahaan itu.
Ada salah satu karyawan yang jatuh hati pada Leni. Laki
laki itu bernama Heri, sosok Heri memang orang yang berpengaruh di perusahaan
tersebut. Setiap hari Heri datang ke
ruangan Leni untuk sekedar mengobrol dan bercanda. Karena sudah terbiasa
bercanda itu, Leni akan merasa kurang jika satu hari tidak jumpa dengan lelaki
itu.
“Tahu gak pada waktu itu pikiranku selalu ingin di dekat
dia, ingin ngobrol dengan dia, ingin berbagi dengan dia, selalu teringat senyum
manisnya, sehingga aku lupa kalau aku sudah menerima pinangan Sulkhan, seorang
lelaki yang sudah aku kenal sejak masa awal kuliah dulu, aku tergoda ” terdengar suara lirih Leni yang
mengartikan penyesalan yang mendalamnya.
Heri lelaki satu perusahaan itu akhirnya mengajak Leni
untuk menikah dengannya. Pada awalnya Leni bingung dan bimbang karena dia sudah
menerima pinangan lelaki dan tinggal menunggu hari H nya saja, semua persiapan
sudah di siapkan.
Akhirnya Leni melarikan diri dari rumah untuk menikah
dengan Heri yang dia anggap akan memberikan kehidupan yang menyenangkan, suatu
keputusan yang menjadi titik awal kehidupan yang terbalik 180 derajat.
Dalam batinku aku berkata, “Memang kadang kita merasa
yakin dengan apa yang kita pilih , kita melupakan kemampuan kita sebagai
manusia yang terbatas, hanya Allah yang maha tahu apa yang terbaik buat kita’’.
Satu pelajaran lagi yang bisa ku ambil dari cerita Leni pagi ini.
Tiba tiba Leni menatapku tajam dan berkata “Tapi apapun yang terjadi
dalam hidupku aku yakin itu cara Allah mendidik aku’’, “Semua yang terjadi pada kita pasti seijin Allah kan Len”
kataku untuk menguatkan hati Leni.
Dalam perjalanan waktu pernikahannya, semakin hari semakin
membuat hidup Leni tidak nyaman lagi. Dia sering menjadi sasaran kemarahan
suaminya, bukan hanya kata kata yang bagai belati tajam yang siap menyanyat
hati, namun tangan suaminya sudah mulai ikut andil dalam kemarahan itu. Apalagi
sejak suaminya di pindah tugaskan di luar pulau jawa karena perusahaan tersebut
membuka cabang di daerah yang ku tempati sekarang ini.
Oh iya… aku berkenalan dengan Leni pada waktu kami sama
sama menunggui anak yang baru masuk sekolah TK, pada waktu itu aku baru pindah
ke sebuah kota kecil di Sumatra Utara. Dari logat bicaranya aku tahu kalau dia
berasal dari Jawa timur. Leni menunggui anak keduanya aku menunggui anak
pertamaku. Biasanya sambil nungguin anak, kita belajar bikin tas dari manik
manik dari situlah kemudian kita menjadi akrab.
Hati Leni semakin hari semakin dalam lukanya, yang tidak
mudah terhapus dengan derai air mata yang keluar dari kedua mata indah Leni betapa
tidak, dengan terang terangan Heri menato nama pacarnya di setiap tubuh
suaminya entah di tangan , kaki atau badannya. “Bisakah kamu bayangkan ketika kamu jumpai tato nama perempuan di
tubuh suamimu, bisa Chan?’’ dengan nada agak tinggi dan menatap mataku dengan
tajam Leni berkata padaku.
Mata Leni yang menyala seperti ada api dalam bola matanya
menyiratkan luka, kemarahan, nestapa
yang terus bertambah, seakan sudah tidak bisa dia pikul
lagi. Dan ternyata tidak hanya satu nama yang menempel di tubuh suaminya, ada
banyak nama karena setiap dia punya pacar baru pasti nama perempuan itu akan di
tato di tubuhnya. Teman saya Leni sudah terbiasa melihat nama baru tertato di tubuh suaminya, Leni
sudah tidak mau memikirkan nama nama itu.
Iseng iseng ku tanya ”Len ada gak salah satu tato itu
bertulisakan Susi?” sambil kulirik penjual lontong sayur yang sedang asyik
melayani pembeli yang lain. Leni langsung tersenyum sambil menahan geli
mendengar pertanyaanku ”Aku gak ngapalin nama nama itu ,kan gak keluar pertanyaan itu nanti waktu
kita jawab soal ujian” jawabnya. Akhiranya
kami berdua bisa tertawa sejenak dan Leni bisa menurunkan emosi dia.
Pada waktu melarikan diri dan membatalkan pernikahan
dengan Sulkhan pastilah orang tuanya marah dan mendapat malu. Hal itu yang
membuat Leni merasa bersalah dan berjanji tidak akan membikin malu orang tuanya
lagi. Pernikahannya memang bagai memakan buah simalakama, walau jurang luka
semakin menganga namun Leni harus kuat untuk menangungnya, walau terasa
tersudut dengan keadaan, Leni berusaha ikhlas karena dia tidak akan membikin
malu orang tuanya dan dia ingin melihat kehidupan anak anaknya tumbuh sebagai
mana layaknya anak anak lainnya.
Pernah pada suatu saat senja mulai menghampiri, menjelang
pergantian dengan malam Leni duduk termenung di kebun belakang sambil merawat
bunga bunganya, sesaat dia teringat akan keluarga Sulkhan datang ke rumah orang
tuanya untuk melamar, wajah bahagia terpancar dari semua orang yang berkumpul
di ruang tamu, karena memang Sulkhan sudah di sayangi kedua orang tuanya Leni
karena dia orangnya sopan dan menghormati orang tua.
Terbayang juga wajah marah bapaknya dan tangis ibunya
saat Leni mengungkapkan ingin membatalkan perkawinannya dengan Sulkhan. Sejenak
mata Leni terpejam ,terasa berat beban Leni membayangkan malunya orang tuanya
pada keluarga Sukhan. Dia berjanji akan mempertahankan perkawinannya walau
terasa berat untuk menjalaninya.
Pergaulan Leni juga di batasi oleh suaminya, pernah suatu
saat ketika dia dan suaminya belanja di supermarket terus bertemu dengan
pegawai bank yang biasa melayani Leni di bank tersebut, pegawai bank itu
menyapa Leni dengan akrab dan sopan karena memang urusan perbankan
suami Leni tidak mau mengurusi, semua di pasrahkan ke istrinya
dan kebetulan gaji karyawan perusahaan melalui bank tersebut, suami Leni terus marah mencurigai Leni
mempunyai hubungan khusus dengan pegawi bank tersebut.
Pertengkaran berlanjut di mobil dalam perjalanan pulang,
seketika Leni di turunkan di tengah jalan, padahal jarak masih jauh untuk
sampai ke rumahnya, dan pada waktu itu Leni tidak membawa dompet dan hp, jadi dia
harus jalan kaki untuk sampai ke rumahnya, alasan lain dengan berjalan kaki
maka energi marahnya terbuang di bekas tapak tapak kakinya. Leni memang jarang
keluar rumah karena setiap keluar rumah pulangnya akan menimbulkan pertengkaran
dengan suaminya.
Dalam setiap sujudnya Leni memohon ampun atas kesalahan
kesalahan yang pernah dia buat terutama kepada orang tuanya, dia mengadu kepada
Allah tentang masalah rumah tangganya.
Suatu saat suami ikut pelatihan manajemen kalbu, entah
kenapa hati suaminya tergerak untuk ikut pelatihan tersebut yang di adakan di
sebuah hotel selama 3 hari. Sungguh Allah maha berkehendak, Dia menghendaki
siapa yang akan di beri hidayah.
Begitu pintu rumah di buka Leni karena mengetahui
suaminya sudah pulang, seketika suaminya duduk tersimpuh dan menciumi kaki Leni dengan suara tangis sejadi jadinya suaminya meminta
maaf karena telah memberikan bara begitu banyak di hati istrinya. Tak terasa
air mataku jatuh juga ketika membayangkan kejadian itu , sungguh suatu moment
indah dan mengharukan. Tato yang melekat itu bagi suami Leni mengingatkan akan
bara yang telah dia tanamkan di istrinya dan akan di siramnya bara itu dengan
ketulusan kasih sayangnya.
“Allah akan selalu mendengar doamu, Dialah sebaik baiknya
penolongmu” pesan Leni kepadaku sambil memberikan tissue kepadaku. Obrolan pagi
di warung bu Susi sungguh memberikan banyak pelajaran padaku. Terima kasih
teman telah berbagi cerita kepadaku. Kisah ini merupakan kisah sahabatku “MB”
di sebuah kota kecil di Sumatera Utara.
betul sekali bu chandra ......
BalasHapusapanya yang betul +haris sarjita?
BalasHapuswww,pokers128,net adalah salah satu Agen Poker yang menawarkan jasa untuk penukaran chips secara online. Segera bergabung bersama www,pokers128,net dan rasakan sensasi pelayanan yang istimewah sehingga sebagai member setia www,pokers128,net anda akan merasakan nyaman dengan Customer Servis kami yang siap melayani semua keluhan anda. (PIN BBM : 7AC8D76B)
BalasHapuswww,pokers128,net adalah salah satu Agen Poker yang menawarkan jasa untuk penukaran chips secara online. Segera bergabung bersama www,pokers128,net dan rasakan sensasi pelayanan yang istimewah sehingga sebagai member setia www,pokers128,net anda akan merasakan nyaman dengan Customer Servis kami yang siap melayani semua keluhan anda. (PIN BBM : 7AC8D76B)
BalasHapusID303 Disini kamu bisa main Game :
BalasHapusGame Bola,
Game Sabung Ayam,
Game Casino,
Game Tangkas,
Game Tebak Angka,
Game Poker Domino,
Dan masih banyak lagi...
Ayo Guys Buruan Gabung dan Main Di ID303.
Salurkan Hobby Bermain Kamu Sepuasnya Di Situs Ini ^^. Daftar Akun Kamu Di www.id303.com
BBM : 7B3130BF / csid303
WA : +6281326993756